Sushi, Makanan Jepang yang dikelilingi oleh berbagai Mitos.

Apakah kamu termasuk yang percaya pada beberapa mitos tentang sushi di Jepang? Ini adalah salah satu makanan yang wajib dicoba di negara tersebut. Meskipun demikian, makanan Jepang yang populer ini sering kali dihubungkan dengan beberapa mitos yang sering disalahartikan oleh para traveler.

Tahukah kamu bahwa sushi memiliki beberapa mitos terkenal di kalangan traveler? Bagi para pecinta seafood mentah, sushi menjadi makanan favorit yang tidak dapat ditolak. Meskipun tampilannya sederhana, seorang koki sushi harus melalui tahun-tahun pembelajaran untuk menguasainya.

Banyak orang yang salah paham tentang sushi dan menganggapnya sebagai fakta karena adanya mitos-mitos ini. Apa saja mitos-mitos tersebut?

Berikut ini terdapat 4 mitos tentang sushi, makanan Jepang, yang sering dianggap benar:

ikan tuna
Photo by CA Creative on Unsplash

Asal usul sushi sendiri telah ada ribuan tahun sebelum negara Jepang terbentuk. Sushi juga diyakini sebagai makanan asli Asia Tenggara yang berkembang dari praktik pengawetan ikan dengan menggunakan beras yang difermentasi.

Bagi para pecinta sushi, mereka dapat merasakan cita rasa sushi asli dengan mengunjungi danau Biwa yang terletak dekat dengan Kyoto. Di daerah tersebut, spesialisasinya adalah funazushi. Selain itu, sushi terus mengalami evolusi dan mengalami perubahan signifikan pada zaman Edo pada abad ke-19.

Munculnya jenis sushi baru yang dikenal sebagai Edomae sushi menjadi terkenal, dimana menggunakan potongan ikan dan berbagai bahan lain yang berasal dari Edo Bay atau Tokyo Bay. Dari sinilah, sushi mulai dikenal sebagai makanan cepat saji yang belum pernah ada sebelumnya di dunia.

Saat ini, sushi telah menjadi jenis makanan Jepang yang terkenal dan populer, terutama yang menggunakan ikan mentah. Namun, secara tradisional, sushi sebenarnya menggunakan topping ikan yang dimasak dengan berbagai cara.

Baca Juga: Tips Cara Masak Udang Tepung dijamin Enak!

Perubahan yang terjadi pada sushi telah menciptakan berbagai mitos yang beredar. Mari kita simak ulasan tentang mitos-mitos tersebut beserta kebenarannya.

Mitos 1. Sushi Semakin Fresh Lebih Baik

Banyak pecinta sushi yang beranggapan bahwa sushi terbaik di dunia adalah yang segar. Namun, ini sebenarnya hanya mitos. Tahukah kamu bahwa beberapa bahan sushi, seperti uni (teripang mentah), memiliki kualitas yang baik ketika segar, tetapi ada juga yang mengalami proses fermentasi untuk meningkatkan rasa dan teksturnya?

Ternyata, tidak semua bahan yang digunakan dalam sushi adalah segar dan mentah. Beberapa bahan telah mengalami persiapan khusus sebelum digunakan. Sebagai contoh, sushi neta yang menggunakan ikan tuna sebenarnya telah melalui proses fermentasi selama 3 hingga 4 hari sebelum dihidangkan. Ini menunjukkan bahwa tidak selalu segar dan mentah adalah standar untuk semua jenis sushi.

Secara umum, ikan yang baru saja dipanen dan masih segar dari air biasanya tidak memiliki rasa yang kaya. Ini terutama berlaku untuk jenis ikan berdaging putih yang cenderung memiliki sedikit lemak dan banyak otot. Dibutuhkan waktu untuk membuat daging ikan ini menjadi lebih lembut dan untuk asam amino di dalamnya terlepas, sehingga memberikan rasa yang lebih kaya.

Itulah sebabnya koki sushi sering menggunakan teknik fermentasi dengan meletakkan kelp di antara potongan ikan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa umami yang khas pada sushi. Koki yang berpengalaman akan memahami kapan waktu yang tepat untuk menggunakan ikan dan bahan lain yang dapat menghasilkan rasa yang lezat.

Melihat fakta ini, tidak ada lagi anggapan bahwa sushi adalah makanan Jepang yang mudah dibuat. Dibutuhkan keahlian untuk memahami jenis ikan yang digunakan, mengetahui waktu panen yang tepat untuk setiap musim, serta mempelajari bahan-bahan yang digunakan dan teknik pembuatannya. Semua hal ini menjadi bagian penting dalam menciptakan sushi yang berkualitas.

Mitos 2. Sushi Enak karena Ikan

Jika kamu menganggap kelezatan sushi hanya ditentukan oleh neta (topping ikan), itu merupakan kesalahan. Sama pentingnya dengan neta, shari (nasi) juga merupakan elemen krusial dalam sushi. Bahkan, banyak kritikus yang menilai kualitas sushi berdasarkan shari yang digunakan.

Ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan untuk menciptakan shari (nasi) yang lezat dalam sushi, dengan menggunakan berbagai teknik yang tepat. Ciri khas dari shari adalah penggunaan beras putih yang dicampur dengan cuka merah atau putih, gula, dan garam. Ini adalah kombinasi bahan yang memberikan rasa khas pada nasi sushi.

Setiap koki sushi akan memperhatikan setiap detail dalam setiap langkah pembuatannya. Mereka tahu bahwa kunci untuk menciptakan sushi yang lezat adalah mencapai kesempurnaan dalam persiapan. Itu sebabnya mereka sangat berhati-hati dan teliti dalam setiap tahap, untuk memastikan kualitas dan rasa yang optimal dalam setiap suku kata dari sushi yang mereka sajikan.

Mitos 3. Sushi adalah Makanan Sehari-Hari

Salah satu mitos yang sering muncul terkait kebiasaan masyarakat Jepang adalah anggapan bahwa mereka mengonsumsi sushi setiap hari. Meskipun mungkin benar bagi beberapa pecinta makanan, namun pada kenyataannya kebanyakan masyarakat Jepang tidak melakukannya secara rutin. Konsumsi sushi yang sering setiap hari tidak menjadi kebiasaan umum di kalangan masyarakat Jepang.

Salah satu alasan untuk perbedaan tersebut adalah variasi budaya kuliner di antara masyarakat Jepang. Beberapa orang Jepang lebih memilih untuk membeli sushi bento di supermarket sebagai makanan praktis sehari-hari. Di sisi lain, terdapat juga kebiasaan khusus di mana sushi dikonsumsi hanya pada acara-acara tertentu di kuil. Ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan sushi dapat bervariasi tergantung pada preferensi dan tradisi masing-masing masyarakat di Jepang.

Namun, sebagian besar masyarakat Jepang cenderung mengonsumsi sushi saat merayakan momen spesial atau acara-acara tertentu. Sushi menjadi bagian penting dari perayaan tersebut, di mana orang-orang berkumpul untuk merayakan momen istimewa dengan menikmati hidangan sushi yang lezat. Ini menunjukkan bahwa sushi sering kali dikaitkan dengan perayaan dan momen spesial dalam budaya masyarakat Jepang.

Mitos 4. Sushi Enak Hanya di Restoran dengan Michelin Star

Penghargaan Michelin Star adalah prestasi yang membanggakan bagi restoran mana pun. Oleh karena itu, banyak orang beranggapan bahwa restoran sushi yang paling enak adalah yang memiliki penghargaan Michelin Star.

Namun, hal ini justru menjadi sumber kontroversi di Jepang, karena mayoritas kritikus kuliner Jepang tidak sependapat dengan pandangan para pemberi Michelin Star.

Penghargaan Michelin Star memang memberikan pengakuan terhadap kualitas restoran, namun ada beberapa restoran sushi di Jepang yang tidak memilikinya. Meskipun demikian, restoran-restoran tersebut tetap mendapatkan penghormatan dan apresiasi yang tinggi dari masyarakat dan kritikus kuliner Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa ada keberagaman dalam penilaian dan penghargaan dalam industri kuliner Jepang, dan bahwa kehadiran Michelin Star bukanlah satu-satunya ukuran keunggulan sebuah restoran.

Jadi, ketika kamu mencari makanan Jepang yang terbaik, tidak perlu hanya melihat apakah restoran tersebut memiliki penghargaan Michelin Star.

Sekarang kita sudah mengetahui bahwa mitos-mitos seputar sushi tidaklah benar. Ketika mengevaluasi kuliner sushi, ada banyak aspek yang dapat dinilai, bukan hanya ikan saja. Jadi, jika kamu berwisata ke Jepang, jangan ragu untuk menjelajahi berbagai restoran sushi yang ada dan menikmati berbagai variasi rasa yang ditawarkan.

Share This

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *